Pendekatan Penelitian Kualitatif Etnografi
Pada
kesempatan kali ini saya sangat ingin membagi ilmu yang pernah saya dapatkan
dari seorang mentor terbaik, dosen terbaik, yang bukan hanya memberikan ilmunya
saja namun juga pengalaman hidup dan wejangan-wejangan kepada mahasiswanya
yaitu Dr. Dr. Lie Tjoen Tjie. Beliau adalah seorang peneliti sekaligus ahli
dalam bidang Etnografi yang sudah memiliki ribuan pengalaman dalam bidang
penelitian-penelitian dan keilmuan Psikologi.
Pada
saat itu, saya mengadakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui psychological well-being pada seorang
Bhikkhu (biarawan Buddha) di Wihara Pondok Meditasi Asri, Bekasi. Untuk
mendapatkan gambaran yang diinginkan tersebut, peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif, dimana metode yang digunakan adalah metode etnografi.
Apabila
ditelusuri pendekatan kualitatif adalah untuk memahami masalah-masalah manusia
atau sosial dengan menjelaskan secara menyeluruh dan kompleks yang disajikan
dengan kata-kata, melaporkan pandangan terincinya yang diperoleh dari sumber
informasi, serta dilakukan dalam latar (setting)
yang alamiah (Creswell dalam Basuki, 2006).
Hal
yang menjadi alasan peneliti menggunakan pendekatan kualitatif adalah karena
pendekatan kualitatif dapat memberikan peluang bagi peneliti untuk mempelajari
dan memahami apa yang terjadi pada partisipan secara lebih mendalam. Melalui
pendekatan ini, peneliti juga dapat lebih memahami faktor-faktor apa saja yang
mempengaruhi psychological well-being
pada seorang Bhikkhu (Biarawan Buddha) di Wihara Pondok Meditasi Asri, Bekasi.
berkaitan dengan salah satu unsur etnografis yaitu Agama Buddha.
Penelitian
ini menggunakan tipe penelitian etnografi, yaitu studi yang mendeskripsikan
suatu kebudayaan yang bertujuan untuk memahami suatu pandangan hidup dari sudut
pandang partisipan, hubungannya dengan kehidupan, dan untuk mendapatkan
pandangan-pandangannya mengenai dunianya (Malinowski dalam Spradley, 1997).
Apa saja ciri-ciri Etnografi???
Ciri-ciri Etnografi, antara lain:
Menurut
Spradley (1997) etnografi memiliki beberapa ciri, diantaranya adalah:
a. Bersifat holistik-integratif,
thick description (deskripsi lengkap)
dan Bersifat analisis kualitatif yang mendalam, artinya bahwa kebudayaan
merupakan keseluruhan sistem yang saling berhubungan sehingga menjadi kesatuan
yang utuh dalam mendeskripsikan suatu budaya.
b. Tulisan atau laporan tentang
suatu suku bangsa atau yang berkaitan dengan kebudayaan.
c. Adanya perhatian terhadap
makna tindakan dari suatu kejadian yang dialami seseorang.
d. Adanya upaya untuk
menginterpretasikan pengetahuan, pengalaman, dan tingkah laku sosial.
e. Adanya tiga sumber data yang
diambil seorang etnografer pada saat melakukan kerja lapangan, yaitu:
1)
Hal
yang dikatakan orang.
2)
Cara
orang bertindak.
3)
Berbagai
artefak yang digunakan orang tersebut.
Bapak
Dr. Lie Tjoen Tjie pernah berkata kepada saya bahwa penelitian etnografi adalah "membodohkan diri sendiri" ketika proses observasi wawancara berlangsung, namun
wawasan yang anda miliki dan sudah anda dapatkan, tidak dibuang atau dihilangkan, tetapi tersimpan dan tersembunyi dibelakang “kepala anda”.
Foto:
http://www.wintheinterviewresumes.com/i/interview-dialog.png
Dengan demikian observasi wawancara atau interview terbaik menurut etnografi adalah membuat informan sangat mengalir dalam bercerita, sehingga informasi yang kita dapatkan akan semakin luas tentu kemampuan etnografer dalam memagari informan agar tidak jauh dari gambaran hidupnya sangat diperlukan, jangan sampai informan terlalu jauh bercerita jauh atau tidak ada kaitannya dengan kehidupannya. Maka dari itu buatlah diri anda sebagai etnografer yang “bodoh” namun wawasan anda tersembunyi dibaliknya.
Demikian
yang bias saya sampaikan semoga bermanfaat bagi mahasiswa/I yang ingin memulai
penelitian kualitatif khususnya etnografi. Mohon maaf atas segala kekurangan
yang ada dalam penulisan ini, atas apresiasinya saya ucapkan terimakasih,
khususnya kepada Bapak Dr. Lie Tjoen Tjie yang telah memberikan ilmu
pengetahuan kepada saya.